Inklusif Virtual Masa Pandemi CORONA VIRUS DISEASE (COVID-19) mengubah seketika semua sektor kehidupan manusia di seluruh dunia secara serentak. Tak terkecuali sektor pendidikan juga terkena imbasnya. Sekolah-sekolah diliburkan mendadak tanpa tahapan demi pencegahan dan pemutusan rantai penularan COVID-19. Sistem Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) mau tidak mau juga menyesuaikan dengan keadaan. Anak-anak terpaksa mengikuti KBM belajar dari rumah. Untuk wilayah DKI Jakarta sendiri, kondisi belajar dari rumah sudah dimulai sejak 16 Maret 2020. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pun tidak tinggal diam dimana. Kemdikbud membuat program Belajar Dari Rumah hasil kerjasama dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Adapun jadwal program Belajar Dari Rumah dapat diakses setiap harinya di Instagram @kemdikbud.ri.
Proses berjalannya KBM sekolah daring di setiap sekolah berbeda-beda, tergantung sistem dan kebijakan yang diterapkan oleh pimpinan sekolah. Mewujudkan kelas virtual yang ideal memang tidak mudah, terutama kelas Inklusif Virtual Masa Pandemi untuk anak berkebutuhan khusus (abk). Saya sendiri sempat merasa kesal dengan sistem sekolah daring yang dijalankan oleh sekolah Abhi,anak laki-laki saya. Saat ini Abhi berusia 8 tahun dan telah duduk di kelas 2 Sekolah Dasar untuk tahun ajaran 2019/2020. Berkat desakan dari beberapa orangtua murid di kelas Abhi, akhirnya tanggal 20 April 2020 dimulailah KBM dengan kelas virtual. Dibutuhkan waktu satu bulan lebih sejak tanggal penutupan sekolah, yaitu 16 Maret 2020, untuk terwujudnya kelas virtual tersebut. Aplikasi yang digunakan untuk KBM kelas virtual adalah Zoom dan Cisco Webex. Tulisan ini akan menceritakan pengalaman baru saya dan Abhi selama jalannya sekolah daring inklusif bersama guru dan teman sekelas Abhi.
Belajar dari Rumah Dadakan
Pada hari Sabtu tanggal 14 Maret 2020, untuk pertama kalinya, Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta). Anies Baswedan mengumumkan kebijakan meniadakan KBM dengan menutup seluruh sekolah di wilayah DKI Jakarta. Adapun kebijakan tersebut telah dikoordinasikan dengan Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kemendikbud. Kebijakan tersebut dituangkan dalam Seruan Gubernur DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2020 tertanggal 18 Maret 2020. Kemudian muncul lagi Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tertanggal 24 Maret 2020 yang dibuat oleh. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran COVID-19 (Surat Edaran Kemdikbud). Di dalam Surat Edaran Kemdikbud tersebut, disebutkan bahwa proses Belajar dari Rumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
- Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan;
- Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemic COVID-19;
- Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antara siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing. Termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah;
- Bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru. Tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.
Semua orangtua mendapat pengumuman dari sekolah melalui aplikasi. Whatsapp untuk mengambil materi pelajaran di sekolah untuk dapat dikerjakan anak selama masa belajar dari rumah.
Sekolah Abhi merupakan Sekolah Pendidikan Kerjasama (SPK) Inklusif di bilangan Jakarta Selatan dengan bahasa pengantar bilingual Inggris dan Indonesia. Abhi sendiri adalah abk yang memiliki autisme Level 1 atau yang sering disebut high functioning autism (HFA).
indikator pencapaian siswa
Hanya dengan bermodal jadwal sekolah yang sudah ada dan arahan dari sekolah. Abhi mengerjakan materi pelajaran sekolah di rumah dari tanggal 16 sampai 27 Maret 2020. Tidak ada video arahan untuk pengerjaan setiap materi mata pelajaran (mapel). Benar-benar semua KBM diserahkan pada orangtua, padahal terdapat indikator pencapaian siswa dalam surat pemberitahuan dari sekolah.
Sungguh rasanya sebagai orangtua saya merasa terbebani menjadi guru dadakan saat itu. Mana saya diharuskan untuk mengirimkan dokumentasi baik foto atau video ke sekolah melalui guru wali kelas mengenai kegiatan belajar Abhi. Walaupun saya sudah terbiasa menjadi terapis sekaligus tutor Abhi setelah pulang sekolah. Tapi perasaan kesal rasanya campur aduk di hati saya. Mana saya merasa sudah membayar uang sekolah, tapi harus sendirian menjadi guru dadakan Abhi. Terlalu mudah bagi sekolah untuk hanya memberikan materi mapel sekolah saja kepada orangtua murid.
Video dan Materi KBM
Karena rasa kesal bercampur jengkel di hati, saya terus mendesak guru wali kelas untuk adanya perubahan sistem KBM. Yaitu meminta video dan materi mapel begitu jadwal mapel setiap hari. Rasanya tidak mungkin materi dikerjakan secara acak.
Jika di dalam surat edaran dari sekolah disebutkan adanya maksud memberikan aktivitas belajar rutin pada para siswa. Agar tetap terbiasa belajar dan menjaga keteraturan. Lalu bagaimana caranya jika maksud tersebut diserahkan ke orangtua saja tanpa adanya bantuan dari pihak sekolah. Akhirnya permintaan saya dipenuhi dengan adanya surat edaran baru tertanggal 24 Maret 2020. Dari sekolah yang mencantumkan jadwal kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap siswa selama KBM dari rumah. Jadwal kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
09.00 – 09.30 :Physical Exercise (PE)
09.30 – 10.00 :Mengerjakan materi mapel berdasarkan video arahan dari guru mata pelajaran yang bersangkutan
10.00 – 10.20 :Waktu istirahat
10.20 – 12.00 :Melanjutkan mengerjakan materi mapel
Berdasarkan jadwal di atas. Abhi dan teman sekelasnya menjalani KBM dengan panduan video dan mengerjakan materi yang diberikan guru wali kelas setiap paginya. Untuk laporan KBM berupa foto atau video dari orangtua kepada sekolah terus dilakukan, untuk laporan ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Saya merasa mekanisme seperti mekanisme hipokrit. Karena bisa saja laporan seperti itu direkayasa oleh orangtua, misalnya si anak berpose pura-pura mengerjakan tugas, padahal tidak.
Dibutuhkan integritas dari orangtua untuk menjalankan peran guru di rumah selama KBM dari rumah, karena memang tidak mudah. Apalagi menghadapi abk. Saya sendiri berusaha agar Abhi dapat belajar secara mandiri seperti halnya saat dia di sekolah, terlepas dia sendiri adalah abk. Apabila Abhi tidak bisa mengerjakan materi soal mapel, baru dia bertanya kepada saya. Mengingat situasi memang mengharuskan Abhi di rumah saja, saya berusaha mencegah agar masalah perilaku dia tidak muncul.
integritas dari orangtua sangat penting
Terkadang saya tidak melakukan koreksi materi yang sudah Abhi kerjakan dan hanya memberikan pujian berupa stiker atau stempel. Yang penting dia sudah mengerjakan tugasnya. Di masa pandemi ini, kesehatan mental anak terutama abk dengan autism adalah yang paling utama. Hak anak tetap harus dihargai dan jangan hanya diberikan beban kewajiban akademik. Terlepas dari pentingnya pendidikan untuk anak harus tetap berlangsung dengan baik. Seperti kata Kak Seto, yang terpenting adalah anak belajar bergembira di rumah selama masa pandemi ini.
Terkadang saya merasa bahwa video dan materi mapel yang diberikan tidak sesuai dengan materi pendidikan inklusif sebagaimana idealnya. Kadang terlalu sulit untuk dipahami oleh abk, walaupun Abhi bisa mengerjakannya. Disitu saya tersadar bahwa pihak sekolah tidak melihat karakter masing-masing siswa, walaupun labelnya adalah SPK Inklusif. Ibaratnya begini, ini video dari guru. Dan tugas berupa lembar kerja yang harus dikerjakan oleh setiap siswa yang notabene kebanyakan abk.
Apabila siswa mengalami kesulitan, bisa menghubungi guru mapel yang bersangkutan. Ini bukan KBM sekolah daring inklusif yang ideal, karena mestinya setiap anak juga bisa merasakan KBM terasa di ruang kelas. Walaupun suasana kelas virtual. Melihat kebutuhan akan adanya kelas virtual yang interaktif, saya bersama orangtua kelas 2 bersama meminta kepada guru wali kelas agar sekolah mengadakan kelas virtual.
Saat itu pihak sekolah sempat berdalih dengan alasan bahwa KBM dengan kelas virtual kurang cocok dengan karakter abk dan dapat menimbulkan masalah perilaku seperti tantrum. Saya sempat protes keras mengenai alasan ini, karena dicoba saja belum, tapi pihak sekolah sudah meremehkan karakter abk. Sekolah lain bisa mengadakan kelas Inklusif Virtual Masa Pandemi, kenapa sekolah Abhi tidak bisa? Ternyata belakangan saya baru tahu bahwa guru-guru juga merasa kebingungan dan terbentur dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan sekolah. Merdeka Belajar sungguh dipertanyakan dalam situasi seperti ini.
KBM, Kelas Virtual dan Sekolah Daring Inklusif yang Ideal
Akhirnya setelah 1,5 bulan KBM dari rumah berlangsung, kelas virtual mulai diadakan untuk kelas Abhi. Saya tidak tahu apakah kelas lain melakukan hal yang sama. Perjuangan orangtua agar anak kelas 2 SD sekolah Abhi mendapatkan hak mengikuti KBM dalam kelas virtual tidak sia-sia. Ini baru namanya sekolah daring Inklusif Virtual Masa Pandemi yang ideal. Untuk Abhi sendiri, dia memerlukan adaptasi agar dapat mengikuti kelas virtual dengan baik. Awalnya Abhi tidak fokus, bicara sendiri dan suka meninggalkan kelas virtual dengan berjalan-jalan keliling ruangan. Agar tidak mengganggu jalannya kelas virtual, saya matikan audio dan video aplikasi yang digunakan.
Hal ini tidak berlangsung lama ketika Abhi sudah merasa menikmati jalannya kelas virtual dengan interaksi antara guru dan teman sekelasnya yang cukup baik. Saya salut pada para guru yang ternyata cukup kreatif dalam menyiapkan presentasi untuk KBM di kelas virtual. Presentasi yang ditampilkan cukup baik. Puas hati saya melihat Abhi bersama kelima teman sekelasnya mengikuti dengan aktif dan tertib selama satu jam kelas virtual berlangsung setiap harinya, yaitu mulai pukul 10.00 sampai 11.00 WIB, sesuai waktu yang telah disepakati oleh para orangtua dan guru wali kelas.
Saya bersyukur akhirnya pihak sekolah mau mengadakan kelas Inklusif Virtual Masa Pandemi. Tentunya peran guru wali kelas Abhi cukup besar dalam mengakomidir segala bentuk masukan dari orangtua agar kelas virtual ini dapat terselenggara dengan baik. Terharu melihat para guru begitu bersemangat mengajar di kelas virtual Abhi dan teman sekelasnya. Memang tidak ada sekolah di dunia ini yang benar-benar siap. Kerja keras para guru dengan segala keterbatasan mereka untuk cepat beradapatasi mengejar ilmu teknologi agar dapat mengajar dalam KBM sekolah daring inklusif patut diacungi jempol. Memang begitu banyak polemik terkait efektifitas sekolah daring inklusif untuk peserta didik abk yang dipertanyakan oleh banyak pengamat di seluruh dunia.
MEWUJUDKAN KBM VIRTUAL DARING SECARA INKLUSIF
Namun menurut pendapat saya demi pencegahan dan pemutusan mata rantai COVID-19, sekolah daring inklusif adalah solusi terbaik bagi abk yang telah memiliki kemampuan akademik yang baik dan juga sudah mampu mengikuti KBM kelas virtual dengan baik. Kesehatan dan keselamatan jiwa anak menjadi prioritas utama di atas segala hal terkait kegiatan akademik anak di masa pandemi ini.
Untuk dapat mewujudkan KBM dalam kelas virtual sekolah daring inklusif yang baik, perlu adanya peran aktif serta kerjasama yang kuat antara pihak sekolah, guru dan orangtua demi memberikan pendidikan yang terbaik bagi abk di masa pandemi COVID-19.
Mau tidak mau, pihak sekolah harus mampu berinovasi dalam memodifikasi materi untuk KBM sekolah daring inklusif agar materi mapel dapat diserap dengan baik oleh peserta didik abk. Pihak sekolah dan guru juga harus mau mendengar masukan dari orangtua abk, mengingat beban orangtua yang tidak terbiasa mengajar abk dan tidak mudah sebagai pendidik dadakan.
Suasana rumah berbeda dengan suasana ruang kelas di sekolah nyata. Baik anak tipikal maupun abk cenderung susah diatur untuk belajar di rumah dengan berbagai alasan dari mereka. Belum lagi beban pekerjaan orangtua yang harus diselesaikan dengan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
Protokol Kbm Daring
Penyediaan protokol KBM belajar dari rumah yang baik dari sekolah dan guru akan sangat membantu orangtua. Apalagi tanggal 18 Mei 2020, Kemdikbud telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 yang isinya tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran COVID-19 (Pedoman). Di dalam Pedoman tersebut jelas diatur mengenai metode belajar dari rumah dan juga masing-masing peran dari dinas pendidikan, kepala satuan pendidikan (dalam hal ini pimpinan sekolah), pendidik, peserta didik dan orangtua.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah memberikan dukungan terhadap Pedoman tersebut untuk pelaksanaan KBM belajar dari rumah, dimana IDAI juga mengeluarkan anjuran sebaiknya sekolah tidak dibuka setidaknya sampai bulan Desember 2020. Anjuran dari IDAI ini disampaikan oleh Ketua Umum IDAI DR Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) pada tanggal 31 Mei 2020, dengan mempertimbangkan antisipasi lonjakan kasus kedua COVID-19 di Indonesia. Pembukaan kembali sekolah dapat dipertimbangkan jika jumlah COVID-19 telah menurun.
metode terapi perilaku Applied Behavior Analysis
Tidak semua orangtua terlatih dan mampu seperti saya yang sudah terbiasa menjadi terapis dan tutor bagi abk saya dan hal ini sungguh saya syukuri. Pengalaman saya mendampingi suami bertugas di kantor pusat tempat ia bekerja selama 5 tahun tinggal di kota Milan Italia, dimana saya berperan sebagai terapis dan tutor Abhi setelah jam pulang sekolah, dapat saya terapkan selama masa pandemi ini.
Terlebih saya menguasai metode terapi perilaku Applied Behavior Analysis atau yang sering disebut ABA, dimana metode ini memudahkan saya dalam mengawal Abhi mengikuti proses KBM belajar dari rumah dengan sekolahnya. Semakin terbukti bahwa penting bagi setiap orangtua abk untuk memiliki kemampuan mengajar anak sendiri dan kemampuan tersebut menjadi bekal utama untuk segala keadaan, termasuk masa pandemi. Ini menjadi pengalaman yang luar biasa dan tak akan terlupakan pastinya di masa depan nanti. Semoga badai COVID-19 segera berlalu dan anak-anak bisa ceria belajar di sekolah seperti sedia kala, walau harus dalam suasana KBM Normal Baru (New Normal).